Budidaya Jamur Tiram Tanpa Baglog, Bisakah?

Sebenarnya saya sendiri tertarik ketika membaca suatu judul yang berbunyi “Tiram Tanpa Baglog” yang diterbitkan oleh Majalah Trubus edisi November 2004. Salah seorang praktisi jamur yang bernama NS. Adiyuwono menyatakan "Hasil Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan mutu dan hasil antara jamur tiram yang ditanam di baglog dan tanpa baglog. Dari 150 kg media yang terdiri dari serbuk gergaji, dedak, kapur, polard atau dedak gandum, dan air dihasilkan jamur tiram 50 – 62,5 kg. Itu setara dengan 150 kg yang dimasukkan pada 125 baglog." Ini merupakan penelitian dari Indonesia Mushroom Center yang bekerja sama dengan pekebun asal Cina.

Terbayang dibenak saya, seandainya kita bisa membudidayakan jamur tiram tanpa baglog ini berapa banyak jumlah biaya produksi yang bisa kita hemat. Dengan sistem ini kita bisa hemat biaya produksi seperti: plastik baglog, cincin, karet, dan kertas koran, ditambah waktu dan tenaga yang kita keluarkan untuk membuat baglog bisa kita ‘hemat’. Tentu ini sangat menguntungkan bagi petani jamur tiram seperti kita ini...

Lalu bagaimanakah budidaya jamur tiram tanpa baglog ini?

Berikut saya nukilkan tulisan dari NS. Adiyuwono tentang cara budidaya jamur tiram tanpa baglog yang dimuat oleh Majalah Trubus edisi November 2004.

Persiapan tempat

Rumah tanam alias kumbung bisa sangat sederhana. Pada percobaan itu rumah kandang sapi yang sudah tidak digunakan. Disana terdapat bak semen untuk pakan. Bak itulah yang digunakan untuk media tanam. Sebelum digunakan, bak semen dan sekitarnya dibersihkan dengan air.

Lakukan sanitasi dengan menyemprot formalin 1%. Terakhir ruangan ditaburi air kapur. Rumah tiram bekas kandang sapi ditutup dengan terpal plastik agar kebersihan terjaga dan terhindar dari udara terbuka. Persiapan dilakukan 2 minggu sebelum pelaksanaan. Tiga hari sebelum penanaman, sanitasi diulang kembali.

Gunakan media tanam seperti biasa digunakan untuk baglog. Setiap 100 kg serbuk gergaji ditambahkan dedak atau bekatul sebanyak 5%, kapur 2%, polard 5%. Pertahankan media pada ph 6, caranya sama seperti bahan baku media baglog. Bahan-bahan yang telah dicampur merata itu dimasukkan ke dalam kantong atau karung plastik masing-masing 10 kg. Sterilkan media dalam karung plastik selama 12 jam. Bila menggunakan boks yang bisa diatur sampai suhu 120 oC, cukup 3 – 4 jam.

Tanam bibit

Setelah dingin, media yang telah disterilkan itu dibuka dan ditaburkan di atas bak semen dengan ketebalan 20 cm. Sebelum media ditaburkan, taburkan bibit jamur tiram di dasar bak. Dosis bibit 2-3 m2 luasan bak setara dengan bibit 1 kg baglog. Baru setelah itu ditebar media merata di atas bak semen. Gunakan papan untuk meratakan permukaan.

Media itu perlu diberi bibit tambahan. Caranya buat lubang tanam dengan jarak antarlubang 5 cm x 10 cm atau sesuai dengan kondisi. Masukkan bibit kedalam lubang tambahan itu menggunakan pinset. Tutup kembali lubang dengan media, tapi jangan ditekan. Cukup diratakan dengan papan.

Selanjutnya media ditutup koran dan plastik. Lapisan pertama, koran, berguna untuk menjaga kelembapan. Yang kedua, plastik, berfungsi untuk menutupi seluruh media agar rapat. Plastik tidak perlu mahal dan tahan panas. Boleh juga digunakan mulsa plastik, gunakan bata sebagai pemberat atau diikat secara melintang dengan bantuan tali dan bambu.

Pengecekan

Pengecekan dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-3. Pada periode ini miselium sudah mulai menjalar walaupun belum penuh. Rangsang penyebaran miselium dengan membuat lubang diantara miselim yang belum menyebar di sisinya. Itu membuat aerasi lancar sehingga memicu pertumbuhan miselium. Yang perlu diperhatikan, buat lubang itu dengan tongkat yang telah disterilkan secara perlahan-lahan agar miselium tidak rusak.

Bila pada saat itu terlihat ada media yang terkontaminasi, semprotkan fungisida. Yang lebih aman dengan cara menaburkan garam dapur atau menyiram air garam diatasnya. Formalin 1% dan probiotik 1- 2% bisa dijadikan pilihan alternatif.

Pada minggu ke-4 dan ke-5 miselium hampir penuh. Kertas koran yang menghalangi pertumbuhan dianggat. Pinhead atau calon jamur kecil yang mulai tumbuh harus diberikan keleluasan tumbuh dengan cara menggeser plastik penutup atau pembaratnya. Sehinggu kemudia plastik dibuka dan diberi penyiraman berkabut untuk merangsang pertumbuhan pinhead. Pada saat itu miselium telah memenuhi media.

Panen

Penen dilakukan bila tudung jamur telah cukup besar. Pengambilan hasil itu harus hati-hati. Jaga media jangan sampai rusak agar miselium yang masih tumbuh menghasilkan jamur lagi. Caranya, jamur dipetik dengan memutar batangya sambil sedikit mengangkat. Dengan begitu jamur terlepas dar media, sementara media tetap utuh.

Berdasarkan pengalaman selama percobaan, dari bobot total media 1 kg biasanya didapat hasi rata-rata 400 g jamur tiram. Dengan bobot yang sama, cara baglog menghasilkan 500 g. Namun, penanaman baglog bisa didongkrak hasilnya dengan cara sterilisasi yang lebih cermat. Pekebun yang ingin mencoba sebaiknya menggunakan jamur tiram pada luasan yang kecil dulu agar tingkat kegagalan bisa ditekan. (NS. Adiyuwono, praktikus jamur).

Dari uraian diatas maka kita bisa simpulkan bahwa ternyata kita bisa membudidayakan jamur tiram tanpa baglog. Tapi, apakah cara budidaya ini menguntungkan bagi kita?

Sebenarnya penelitian diatas dilakukan guna mengantisipasi kelangkaan plastik polipropilen di daerah terpencil. Misal, dipelosok Pulau kalimantan, Sulawesi, dan Propinsi Banten. Disana plastik hanya dikota besar sehingga pengiriman ke kumbung sering terlambat. Tentu bagi mereka ini cukup menguntungkan, karena bisa tetap produksi walaupun tidak ada plastik baglog. Tapi bagi kita yang mudah mendapatkan plastik baglog, budidaya jamur tiram dengan baglog jauh lebih menguntungkan daripada  tanpa baglog, asalan pertama adalah dengan baglog jauh bisa menghemat tempat dibandingkan dengan tanpa baglog yang membutuhkan lahan yang luas. Kedua, proses sterilisasi lebih cepat. Ketiga, resiko konstaminasi mikroorganisme lebih kecil. Keempat, hasil yang didapat jauh lebih banyak. Maka kita bisa katakan bahwa budidaya jamur tiram tanpa baglog tidak lebih baik dibanding budidaya jamut tiram dengan baglog dilihat dari resiko kegagalan dan hasil yang diperoleh.

Catatan:

Bila kita cermati  hasil penelitian Indonesia Mushroom Center berbeda dengan hasil percobaan yang disampaikan oleh NS. Adiyuwono diatas, kita akan dapati kontradiksi antara keduanya. Indonesia Mushroom Center menyatakan bahwa ”Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan mutu dan hasil antara jamur tiram yang ditanam di baglog dan tanpa baglog.... “ sedangkan hasil percobaan yang disampaikan oleh NS Adiyuwono disebutkan terdapat perbedaan hasil antara keduanya yaitu untuk 1 kg media jamur tanpa baglog menghasilkan 400  g, sedangkan untuk 1 kg media jamur tiram dengan baglog menghasilkan 500 g jamur tiram. Ini menunjukkan budidaya jamur tiram tanpa baglog masih belum teruji, sehingga perlu dikembangkan lagi agar jamur yang dihasilkan setara atau lebih banyak dari hasil budidaya jamur tiram dengan baglog.(Oemah Jamur)

Sumber gambar: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5Fua1iJ1SVhEXATVCppkcWZtqDzNG6nF5-eTRilaCNLdx0CutqEf9DakygoId8i1_Rnavhgm6Fv4_mtnRHaZvNcHcWinEWCuEmr-ky4cZH20NBymlIXrTKJnFfCX4RwggBH8a9sIkXtmU/s200/tiram-abu-abu.jpg
/[ 0 komentar Untuk Artikel Budidaya Jamur Tiram Tanpa Baglog, Bisakah?]\

Posting Komentar

Budidaya Ikan Sidat