Jamur Tiram Sistem Gantung

Sebanyak 15 baglog ditumpuk dengan interval sebuah cincin plastik berdiameter 11 cm. Tumpukan baglog itu disatukan dengan seutas tali plastik yang lazim dimanfaatkan untuk jemuran pakaian. Keistimewaan teknologi itu adalah efisiensi lahan. Bayangkan populasi kumbung alias rumah tanam jamur 21 m x 8 m mencapai 44.000 baglog; sistem konvensional, 13.000. Artinya populasi naik 338%. Itulah temuan baru Muhammad Attamimi, pekebun jamur di Ciwidey, Bandung.

Hanya itu kelebihan sistem gantung? Ternyata tidak. Dengan meningkatnya populasi kemungkinan besar juga terjadi lonjakan produksi. Apalagi Atamimi membuka kedua ujung baglog, tindakan yang kian melambungkan produksi. Secara konvensional, pekebun jamur hanya membuka baglog bagian atas lantaran posisi baglog berdiri. Nah, dengan sistem baru posisi baglog tidur sehingga kedua sisinya dapat dibuka.

Ini kelebihan lain: panen 2 bulan lebih cepat. Pada sistem konvensional paling cepat pekebun memetik tiram pada umur 4 bulan. Namun, dengan sistem “tidur” panen lebih cepat lantaran pertumbuhan batang jamur terhambat. Dampaknya, “Pertumbuhan tudung jamur lebih cepat karena tidak terkena matahari langsung,” ujar Attamimi kepada Trubus.

Saat batang tumbuh, ia akan membengkok mencari matahari. Setelah batang menghadap matahari, fase pertumbuhan batang pun terhenti. Lalu berlanjut pada fase pertumbuhan tudung. Selama 5—12 hari pin head atau tudung keluar dari masa inkubasi 30 hari. Seminggu—dua minggu berikutnya jamur siap panen. Dengan menidurkan baglog intensitas serangan hama juga menurun drastis. Musababnya, serangga jauh lebih sulit meletakkan telur-telurnya di baglog lantaran posisinya miring.

Produksi naik

Ia pertama kali mencoba teknologi itu pada Juni 2004. Panen perdana pada Agustus 2004 dengan total produksi 30—50 kg per hari. Dengan begitu produksi rata-rata per baglog mencapai 1,5—2 kg. Bobot rata-rata baglog 2 kg sehingga produktivitas 70—100%. Produktivitas sistem konvensional sekitar 70% dari bobot baglog. Umur produksi baglog sekitar 3—4 bulan, meskipun dapat diperpanjang hingga 9 bulan.

Cara membuatnya pun mudah. Pertama, potong bambu dengan ukuran 2,5 m x 2 m. Buat seperti palang ayunan. Selanjutnya, siapkan tali yang sebelumnya telah direndam dalam formalin 1% selama 1 hari.

Tujuannya untuk sterilisasi atau mensucihamakan. Ukurannya berkisar 10—12 m. Lilitkan tali di bambu. Buat sampai panjang tali menjadi 2 m. Satu palang bambu memuat 20—25 potongan tali. Kemudian, di sepanjang tali letakkan 15 cincin plastik yang dipesan khusus di sebuah produsen plastik. Langkah selanjutnya masukkan baglog di setiap cincin sehingga baglog akan menggantung dan bertingkat.

Padat

Ide menggantung baglog jamur tiram diperoleh dari kebiasaan pekebun jamur kuping Auricularia auricula. Sayang, pekebun jamur kuping memanfaatkan rak bambu yang cepat rusak. Dengan sistem baru, Attamimi tak membuat rak-rak untuk menampung baglog. Sebagai gantinya ia membuat tiang dari bambu setinggi 2 m. Panjang tiang 2,5 m. Tiang itu mampu menampung 23 baglog yang disusun vertikal (lihat grafi s).

Total jenderal ia mempunyai 9 kumbung dengan luasan berbeda. Tujuh kumbung masing-masing berukuran 21 m x 12 m dan 2 kumbung berukuran 21 m x 8 m. Di dalam kumbung berukuran 21 m x 8 m itu terdapat 126 tiang dengan daya tampung sama. Tiang-tiang dari bambu itu mampu bertahan hingga 8 tahun. “Saya terdesak waktu itu. Penanam modal mau uangnya cepat kembali. Jadi harus putar otak cari cara percepat produksi,” ujar sarjana pertanian alumnus sebuah perguruan tinggi di Bandung itu.

Cara baru itu dianggap lebih praktis. Misalnya pada sistem konvensional untuk membuat rak-rak memakan waktu 4 bulan. Namun, dengan sistem gantung, ia hanya butuh waktu 1—2 hari untuk mendirikan tiang-tiang gantung. Jadi amat menghemat waktu.

Lagi pula untuk membuat tiang-tiang gantung biayanya, “Murah, cuma Rp5-juta-an,” kata ayah 2 anak itu. Sedangkan untuk membuat rak-rak pada sistem konvensional mencapai Rp20-juta. Sudah begitu paling banter umur produksi rak hanya 3 tahun. Lagi-lagi pekebun jamur dapat menghemat besar-besaran.

Cara baru

Keunggulan lain sistem gantung memudahkan pemeliharaan. Dengan baglog horizontal pembersihan dan pengaturan kelembapan lebih mudah. “Sebaiknya setelah 4—6 kali panen, baglog diganti dengan yang baru supaya terhindar dari hama dan penyakit,” ujar pria 45 tahun itu. Setelah itu baglog lama dikeluarkan. Lakukan sanitasi dengan merendam kembali tali dalam formalin. Keesokan harinya masukkan baglog baru.

Cara serupa juga diadopsi Jajat Sudrajat dari Citi Mandiri, pekebun di Sukabumi, Jawa Barat. Pria berusia 49 tahun itu tetap membangun rak untuk meletakkan baglog. Hanya saja posisi baglog horizontal alias tidur. Itu dilakukan atas saran seorang rekan dari Intitut Teknologi Bandung. Dalam kumbung 9 m x 9 m ia menaruh 9.000—10.000 baglog. “Dengan posisi tidur, 40 hari setelah inokulasi bisa langsung panen,” ujarnya.

Jamur tiram tumbuh baik pada suhu 20oC. Jika suhu di atas itu, harus dilakukan pengabutan. “Sebaiknya waktu mengabut jangan mengenai baglog. Cukup siram lantai atau pakai sprayer supaya kembali ke suhu semula,” ujar Jajat.

Bila suhu di bawah 20oC, media agak dikerik supaya benih tumbuh. Cara itu akan susah diterapkan bila posisi baglog vertikal. Dengan horizontal perlakuan itu lebih mudah. (Lastioro Anmi Tambunan)

Sumber: trubus-online.co.id dengan judul Tiram Gantung Produksi Melambung
/[ 0 komentar Untuk Artikel Jamur Tiram Sistem Gantung]\

Posting Komentar

Budidaya Ikan Sidat